Islam

Dua Macam REZEKI

 

Sebenarnya rezeki itu ada dua macam. Yang pertama sebagai ibtilaa (cobaan) dan yang kedua sebagai ishthifa (pilihan).

Rezeki yang sebagai cobaan adalah rezeki yang tidak ada hubungan apapun dengan Allah. Bahkan rezeki yang satu ini membuat manusia semakin jauh dari Allah, sampai akhirnya dia binasa. Ke arah inilah Allah ta'ala telah mengisyaratkan:

"laa tulhikum amwaalukum"
harta kalian jangan sampai membiasakan kalian. (Al-Munaafiqun: 10)

Rezeki yang sebagai ishthifa adalah rezeki yang diperuntukkan bagi Allah. Allah akan jadi pelindung bagi orang-orang seperti itu. Dan segala sesuatu yang ada pada mereka, mereka anggap sebagai milik Allah semata. Dan hal itu mereka buktikan dari amal perbuatan mereka.

Lihatlah kondisi para sahabat Rasulullah saw ketika masa cobaan tiba, maka segala sesuatu yang ada pada seseorang diantara mereka, semuanya diserahkan di jalan Allan ta'ala. Abu bakar ra adalah yang paling pertama datang , dengan mengenakan kain menyerahkan semua milik beliau. Dan Allah ta'ala telah membalas ganjaran bagi kain tersebut, yakni beliaulah yang pertama telah menjadi khalifah.

Ringkasnya untuk dipenuhi oleh keindahan sejati, kebaikan dan kelezatan rohani, harta yang dapat berguna adalah harta yang dibelanjakan di jalan Allah






Cara Mengalahkan Dorongan nafsu dan Dosa

Manusia baru dapat terhindar dari penyakit dosa dan kejahatan-kejahatan tatkala ia meyakini bahwa dosa dan kejahatan itu lebih berbahaya dan lebih memudhoratkan dari seorang pencuri, ular atau binatang buas lainnya dsb. Dan tatkala keperkasaan, keagungan serta wibawa Allah setiap saat menjadi pertimbangannya.

Dalam keseharian kita, terlihat nyata bahwa manusia dapat meninggalkan keinginan, kemauan, dan kehendak-kehendak hatinya. Misalnya seorang yang sakit diabetes, dokter benar-benar melarangnya dari memakan makanan yang manis. Maka orang itu, demi nyawanya, menyentuh makanan-makanan manis pun dia tidak mau. Jadi demikian pula halnya keinginan rohani dan dorongan nafsu. Jika keagungan dan keperkasaan Allah ta'ala telah tertanam di dalam kalbunya dengan benar, maka sikap tidak mentaati Allah akan dia rasakan lebih buruk dari memakan api dan lebih buruk dari maut.

Sekian banyak manusia mengetahui kekuasaan dan wibawa Allah ta'ala, dan sekian banyak dia meyakini bahwa mengingkari-Nya merupakan suatu hukuman yang berat, maka sebanyak itu pulalah akan menjauhi dosa, kemungkaran dan menjauhi sikap melawan hukum. Lihat sebagian orang mengalami "kematian" sebelum maut datang. Apa yang dialami oleh para akhyaar, abdaal, dan quthub, apa yang terdapat pada diri mereka? Jawabannya adalah keyakinan itu tadi. Pengetahuan yang penuh yakin serta qath'i, secara pasti dan secara fitra memaksa seseorang untuk suatu hal tertentu. Persangkaan mengenai Allah ta'ala tidaklah dapat mencukupi. Keraguan tidak tidak dapt memberi manfaat. Pengaruh telah ditanamkan hanya di dalam keyakinan. Pengetahuan yang penuh keyakinan mengenai sifat-sifat Allah ta'ala, justru lebih banyak memberikan pengaruh dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan oleh halilintar yang sangat menakutkan. Akibat pengaruh itulah orang-orang menundukkan kepala dan membungkuk.

Jadi seberapa banyak keyakinan yang dimiliki seseorang, sebanyak itu pulalah dia akan menghindari dosa.








Hakikat Kenabian dan Ciri cirinya

Engkau harus mengetahui bahwa tingkat tertinggi manusia adalah “orang-orang yang diberi pemahaman” (mufahhamun), dan mereka adalah orang yang dapat menggabungkan dua kekuatan – kemalaikatan dan kebinatangan – yang ia miliki, dan sisi kemalaikatannya lebih mendominasi. Mereka diutus untuk menciptakan tatanan yang dikehendaki oleh seruan langit (da’iyah haqqaniyyah), dan ilmu Ilahi, serta berbagai keadaan Dewan malaikat tertinggi yang memancar kepada mereka. Ciri-ciri “orang yang diberikan pemahaman” di antaranya adalah: ia memiliki watak yang seimbang dan watak yang harmonis dan bahwa wataknya itu tidak digerakkan secara berlebihan oleh pendapat-pendapat yang parsial (ara juz’iyyah), tidak oleh pemikiran yang berlebihan sehingga ia ditarik dengan cara apapun dari yang universal kepada yang parsial, atau dari ruh kepada bentuk. Di dalam dirinya juga tidak terdapat kebodohan berlebihan yang tidak dapat ditanggalkan untuk kemudian beranjak dari yang parsial menuju yang universal, dan dari bentuk kepada ruh. Ia adalah seorang yang sangat patuh menjalankan perbuatan-perbuatan yang mendapat petunjuk, memiliki tingkah laku yang baik di dalam perbuatan-perbuatan ibadah, dan adil  dalam memperlakukan manusia. Ia mencintai keteraturan alam semesta dan cenderung kepada kemaslahatan umum; tidak menyakiti seorangpun kecuali dalam suatu keadaan ketika kebaikan umum tergantung kepadanya atau ketika kemaslahatan umum memaksanya untuk menyakitinya. Ia tetap konsisten dalam kecenderungan kepada Yang Gaib. Pengaruh kecenderungannya ini dapat dilihat dalam perkataannya dan wajahnya, juga dalam semua wataknya, sehingga ia senantiasa mendapat pertolongan dari Yang Gaib. Perbuatan spiritual yang paling sedikit yang terbuka baginya adalah kedekatan kepada Allah dan ketenangan (sakinah) yang tidak tersingkapkan bagi orang lain.

Orang-orang “yang diberi pemahaman” (Mufahhamuun) ada beberapa macam dan kapasitas mereka berbeda-beda:

1.     1. Orang yang mencapai kapasitas paling tinggi dalam menerima ilmu-ilmu dari Allah untuk memperbaiki jiwa dengan jalan beribadah. Orang seperti ini adalah “orang yang sempurna” (kamil).
2.     2. Orang yang mencapai keadaan paling tinggi dalam menerima kebaikan-kebaikan yang diusahakan dan ilmu-ilmu tentang pengaturan urusan-urusan domestic dan sebagainya. Orang yang seperti ini adalah “orang yang bijaksana” (hakim).
3.      3. Orang yang biasanya memahami kebijakan-kebijakan yang komprehensif, kemudian berhasil menegakkan keadilan di antara manusia dan membela mereka dari kezaliman. Orang yang seperti ini disebut “Khalifah”.
4.      4. Orang yang telah mendapatkan kunjungan Dewan Malaikat Tertinggi, mendapatkan pengajaran mereka, berbicara dengan mereka, melihat penampakan mereka, dan orang yang mampu menjelmakan berbagai macam kemuliaan spiritual (karamat). Mereka ini dikenal sebagai “orang yang telah dibantu oleh ruh suci”.
5.      5. Orang yang lidah dan hatinya telah disinari, sehingga manusia disekitarnya mendapat keuntungan dari perkumpulan yang ia selenggarakan dan dari khutbah-khutbahnya. Ia juga mampu mentransfer ketenangan dan cahaya kepada murid-murid dan sahabat-sahabatnya, sehingga mereka mencapai, berkat perantaraannya, tingkat kesempurnaan yang tinggi, sementara ia sendiri tidak pernah berhenti memberikan petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Orang seperti ini disebut “pemberi petunjuk yang murni” (hadi muzakki).
6.     6. Orang yang ilmunya terutama berisi pengetahuan mengenai peraturan-peraturan bagi masyarakat keagamaan serta berbagai keuntungan darinya, dan orang yang mendorong (mereka) untuk melakukan peraturan-peraturan itu. Orang seperti ini disebut “pemimpin” (imam).
7.      7. Orang yang diberi ilham untuk memberitahu manusia mengenai bencana yang telah ditentukan bagi mereka di dunia ini, atau orang yang mengetahui bahwa Allah telah mengutuk suatu umat dan memberitahu mereka mengenai hal ini, atau yang melepaskan diri dari jiwa rendahnya pada waktu-waktu tertentu, sehingga ia mampu mengetahui apa yang akan terjadi di dalam kubur dan pada hari kiamat, dan yang memberitahu mereka mengenai hal-hal ini. Orang pada tingkatan ini disebut “pemberi peringatan” (mundzir).
8.      8. Jika kebijaksanaan Ilahi mengharuskan bahwa orang “yang diberikan pemahaman” diutus kepada umat manusia, sehingga ia menjadi sebab bagi dikeluarkannya umat dari kegelapan ke dalam cahaya, maka Allah mengharuskan hamba-hambaNya untuk menerima orang ini, lahir dan batin. Dewan Malaikat Tertinggi akan merasa puas dan mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang mengikuti dan menyertai dia, dan mereka menyediakan kutukan bagi orang-orang yang menentang dan menolaknya. Allah telah memberitahu umat mengenai hal ini dan membuat mereka mematuhinya. Orang yang seperti itu adalah “seorang nabi”. Tingkatan nabi yang terbesar adalah yang risalahnya mempunyai dimensi tambahan yang sesuai dengan tujuan Allah swt. Untuknya, yaitu bahwa ia harus menjadi sebab untuk dikeluarkannya umat “dari kegelapan kepada cahaya” dan bahwa umatnya menjadi “umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia”, sehingga risalah yang ia sampaikan harus dilengkapi dengan risalah tambahan.

Syah Waliyullah al-Dihlawi, Argumen Puncak Allah, Judul aslinya Hujjah Allah al Balighah pada Bab 55 Hakikat Kenabian dan Ciri-Cirinya (Serambi: hal. 356-359).
 
 
 
 
 
 
 
Di dalam hadits dikatakan bahwa pahala shalat berjamaah adalah 27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri. banyak orang Islam berhitung secara kuantitatif seolah-olah dengan melakukan shalat berjamaah maka ia akan menabung pahala sebanyak 27 kali. demikian juga ketika di dalam hadis dikatakan bahwa shalat di MAsjidil Haram akan dilipatgandakan pahalanya sebanyak seratus ribu kali lipat. Luar biasa.


Saya pribadi memahami masalah ini dari sisi kepemimpinan dan persatuan Islam. shalat berjamaah berarti berkelopok dengan panduan seorang imam. Apa yang dilakukan imam akan diikuti oleh makmumnya, kecuali imam salah. Semua makmum harus berbaris dengan shaf yang teratur dan lurus. Semua mengikuti arah Imam, betapa kuatnya oraganisasi ini. Siapa yang dapat mematahkan shaf yang kokoh? Sayang makna dari keuntungan shalat berjamaah luput dimengerti oleh umat islam








Melengkapi Puasa Ramadhan Dengan Dakwah

Ramadhan sangat penting bagi pria dan wanita muslim," tegas nya. "Pria muslim harus berusaha untuk meningkatkan spiritual mereka selama bulan Ramadhan, tetapi bagi kita kaum perempuan, kita harus menyadari bahwa derajat rohani kita selama bulan Ramadhan ini tidak hanya menguntungkan diri sendiri melainkan juga untuk anak-anak kita.
Umat Islam di dunia telah melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadhan selama dua minggu terakhir, bulan kesembilam dalam kalender Islam, ketika dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw menerima wahyu pertama Alquran

Sementara itu dalam jumlah kecil, Jamaah Muslim Ahmadiyah di Bermuda telah mengambil kesempatan untuk tidak hanya sekedar berpuasa melainkan juga berdakwah kepada masyarakat memperkenal kan lebih luas tentang iman mereka. mereka telah melakukan upaya dakwah melalui iklan-iklan di surat kabar, siaran radio dengan menyiarkan tilawah Alquran yang kemudian disusul dengan artinya dalam bahwa Inggris, dan dua program televisi.

"Karena Ramadhan, kita ingin orang-orang benar-benar memahami apa sebenarnya Puasa Ramadhan yang penuh berkah ini, jelas Shabhan Jhengoor, yang berasal dari Mauritius yang saat ini tinggal di Bermuda bersama suami dan dua anak yang masih kecil.

Jamaah Muslim Ahmadiyah telah menjadi lebih dikenal beberapa tahun terkhir, dengan upaya dakwah jihad damai mereka yang mungkin bagi sebagian orang, pandangan yang sangat berbeda dari Islam yaitu yang digambarkan oleh para Jihadis seperti yang terlihat di media.

"Makna Islam adalah untuk mencapai perdamaian dengan menyelaraskan keinginan kita dengan keinginan Allah,   jelas Jheengoor. " Islam mempromosikan ilmu pengetahuan dan mendorong untuk giat menuntut ilmu."
photo:  royalgazette.com

"Nabi Muhammad tidak pernah memaksa orang untuk menerima Islam. Apa yang orang-orang lakukan (pelaku kekerasan. Pent)  adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Alquran mengajarkan kesatuan, itu mengajarkan perdamaian. kita harus hidup dalam damai dengan semua orang."

Ia menceritakan bahwa Nabi saw ketika diberi tugas untuk menyampaikan pesan khusus, tidak pernah berusaha untuk menindas orang lain, bahkan tidak juga melakukan upaya balas dendam atas banyaknya para pengikut beliau yang hilang akibat penganiayaan berat yang mereka alami pada beberapa tahun pertama keberadaan mereka.

Dalam mengikuti jejak Nabi Muhammad saw, Miss Jheengoor dan jamaah lainnya dari Ahmadiyah telah berusaha untuk berbagi iman dengan orang lain.

"Dalam Islam, kami yakin untuk berbagi dan memberikan yang terbaik kepada masyarakat. hal terbaik yang saya miliki dalam hidup saya adalah iman saya, jelasnya.

Hal sentral dalam dakwah mereka adalah 2 program televisi, yang diciptakan oleh Muslim Television Ahmadiyya Internatioanl (MTA Internasioanl), saluran televisi internasioanl yang dijalankan oleh para pengikut Jamaah Ahmadiyah.Siaran ini berlangsung dalam berbagai bahasa, via satelit dan online di www.mta.tv

Siaran pertama ditayangkan di TV ZBM-9 rabu lalu dengan menyampaikan informasi tentang Ramadhan dan Kontribusi Islam untuk Sains dan Matematika, serta pengenalan tentang Kehidupan Nabi Muhammad saw. Siaran kedua akan mengudara di ZBM TV-9 Rabu mendatang, 17 Agustus di jam yang sama. Upaya ini juga diharapkan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih besar dari pemirsa terhadap apa itu Ramadhan, serta paruh kedua disiarkan Sejarah hidup Rasulullah saw.

Kata Ramadhan berasal dari kata Bahasa Arab untuk mengacu pada arti panas yang hebat, tanah yang hangus, dan sesah rangsum, sebuah konsep yang mudah diterjemahkan untuk makna fisik maupun spiritual.

Secara fisik, Muslim berpuasa dari matahari akan terbit sampai terbenam sepanjang bulan ramadhan. Tergantung pada saat apa Ramadhan jatuh, seperti waktu musim panas, ini bisa sangat menantang karena tidak ada sepotong atau setetes air dapat melalui bibir.

"Tujuannya adalah untuk membuat kita menyadari penderitaan orang lain" papar Jheengoor. "Aku tahu bahwa ketika matahari terbenam, aku akan punya makanan."

tapi puasa sendiri mengingatkan kita bahwa kita pergi tanpa apa dan semua telah disediakan oleh Allah.

Kesadaran ini mengingatkan saya" tambahnya, "dan membuat kita lebih manusiawi dan beramal saleh."

Secara rohani, "tujuan sebenarnya dari puasa adalah panas spiritual, yaitu keinginan membara untuk mengkhidmati Allah".

Manusia diciptakan, papar nya adalah untuk menyembah Allah.

"Menyembah Allah adalah untuk mencapai pemahaman tentang atribut-Nya, untuk meraih keridhoannya dan mencapati kedekatan kepada Allah."

Selain puasa, umat Islam juga didorong untuk berdoa lebih tekun dan membaca Alquran sebanyak yang mereka bisa. mempelajari arti dan tafsirnya dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari hari sepanjang tahun.

"Jika anda tidak memahami maksud Ramadhan dan mencoba untuk menerapkannya untuk kehidupan, anda tidak mendapatkan apa-apa dan sia-sia".

"Ramadhan sangat penting bagi pria dan wanita muslim," tegas nya. "Pria muslim harus berusaha untuk meningkatkan spiritual mereka selama bulan Ramadhan, tetapi bagi kita kaum perempuan, kita harus menyadari bahwa derajat rohani kita selama bulan Ramadhan ini tidak hanya menguntungkan diri sendiri melainkan juga untuk anak-anak kita."

Dia menekankan pentingnya wanita dalam Islam khususnya dalam pelatihan moral dan spiritual anak-anak mereka, terutama ketika mereka masih muda.

"Kita sebagai perempuan harus menyadari bahwa dengan meningkatkan derajat spiritual, kita tidak hanya menguntungkan diri kita, melainkan generasi-generasi masa depan kita akan diberkati juga, sebagai anak-anak yang dibesarkan oleh ibu yang telah mencapai keridhoaan Allah dan kedekatan dan memiliki moral dan spiritual yang tinggi.

demikian juga denngan imannya itu akan mendorong dan mendukung suaminya.

"Pada saat kesulitan dan kemalangan, kita mendukung suami kita meskipun hanya melalui doa-doa kita dan dengan menunjukkan ketabahan dan kedamaian hati. dan kedamaian hati hadir hanya ketika seorang wanita telah mencapai keridoan Allah. Orang itu kemudian memiliki Tuhan, dirinya sendiri, sebagai pelindung dirinya, bimbingan dan pertolongan. Maka meskipun dirudung masalah ia masih memiliki kedamaian pikiran dan hati, karenanya ini adalah hal efektik untuk mendukung suaminya."

Jamaah Ahmadiyah di Bermuda juga menawarkan Terjemah Alquran secara gratis dengan Terjemahan bahasa Inggris dan berlanggaan gratis Majalan Bulanan perbandingan agama mereka, Review of Religions. untuk informasi lebih lanjut dan untuk meminta salinanan,  email: e-mail-alislam.bermuda@gmail.com

Siaran Radio bisa di dengar senin sampai jumat pada 06:30 dan hari minggu 10:30 di FM 105, 1. dan tidak ada siaran hari sabtu.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More